Tips and Triks Bisnis Online, Internet Marketing, Download Free Software,

Komentator

Sidiq Cahyo Wibowo

Perang Tarif Operator

Perang Tarif antar Operator
Siapa yang diuntungkan?


Telekomunikasi sudah merupakan sebuah kebutuhan penting di abad ini. Bayangkan saja mulai dari anak – anak SD sampai orang dewasa rata – rata sudah memanfaatkan layanan telekomunikasi ini. Hal ini dipengaruhi juga karena perubahan gaya hidup/trend di masyarakat, perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin tinggi menawarkan kemudahan bagi para penggunanya. Selain itu dapat dijangkaunya harga alat – alat telekomunikasi di Masyarakat juga mendukung semakin pesatnya kebutuhan akan telekomunikasi.
Membahas tentang telekomunikasi akan selalu melibatkan beberapa hal yaitu, operator, pengembang produk seluler, dan pengguna. Tiga hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Operator merupakan penyedia jasa telekomunikasi, pengembang produk seluler merupakan penyedia alat atau kebutuhan bertelekomunikasi, dan pengguna adalah orang yang menggunakan jasa dan produk telekomunikasi.
Keadaan demikian di Indonesia mendorong timbulnya banyak perusahaan atau operator telekomunikasi mulai dari layanan bicara dan Layanan Akses Data. Dulu hanya ada Telkom Group dan Indosat Group. Sekarang sudah bermunculan para operator – operator baru yang terbagi menjadi 2 bagian, CDMA dan GSM. Teknologi CDMA kebanyakan menawarkan telepon murah meriah seperti telepon rumah. Operator CDMA pertama kali di Indonesia adalah TELKOM Flexi, disusul dengan StarOne, Fren, Esia, Heppy, Wifone dan Smart. Sedangkan di GSM sendiri muncul juga banyak pemain baru seperti AXIS, dan 3.
Semakin banyaknya operator bermunculan membuat Operator GSM juga menurunkan tarifnya, dan sekarang tarif GSM sama murahnya dengan CDMA. Lalu bagaimana dengan CDMA? Perang tariff tidak hanya pada satu wilayah saja, perang tarif sudah mulai keluar jalur, tidak pandang GSM atau CDMA sekarang sama – sama murah jika sesama operator.


Lalu siapa yang diuntungkan?

Jawaban yang pasti yang diuntungkan adalah konsumen atau pengguna. Dahulu sebelum perang tarif sms menjadi solusi hemat untuk komunikasi. Sekarang karena harga murah maka telepon juga menjadi kebiasaan.

Apakah operator rugi?

Kita akan berpikir logika, jika operator rugi maka mereka akan tutup satu per satu. Mereka tidak rugi bahkan revenue mereka terus naik. Karena total pelanggan mereka naik. Ini hanya untuk operator GSM yang menjadi penguasa lama yaitu Tekkkonsel, Igosad dan EX ELLL ( Nama Samaran ). Bagi operator baru yang lain apalagi operator CDMA yang semakin terdesak oleh GSM keadaan ini menurunkan tingkat revenue mereka. Bayangkan CDMA saja sebelum perang tarif sudah murah, apalagi setelah perang tarif.
Kemerosotan CDMA juga karena kurang minatnya masyarakat terhadap model Alat seluler yang ada dipasaran. Karena GSM sudah semakin murah juga terus membuat penurunan pendapatan yang drastis. Disamping itu banyaknya pemain di jaringan CDMA yang saling menurunkan harga semurah murahnya.

Bagaimana Solusinya?

Menanggapi keaadaan ini, lalu bagaimana menemukan solusi untuk mengatasi masalah ini. Perlu adanya suatu asosiasi operator telekomunikasi tersendiri untuk mengatur harga. Perlu suatu adanya Punishment bagi operator yang tidak mematuhi kesepakatan bersama. Setelah perang harga usai maka harusnya berlomba – lomba menawarkan kualitas pelayanan yang bagus bukan harga murah tapi putus – putus.


Perang tidak akan pernah menyelesaikan masalah,Perang akan menghasilkan satu pemenang.Dan yang lain akan mati atau jadi pecundang.
Bukankah perdamaian lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar



 

Love Meter